Menulis Ilmiah dengan Bahasa Indonesia: Antara Tantangan dan Solusi

Abstrak


Bahasa Indonesia tidak hanya berfungsi sebagai bahasa komunikasi sehari-hari, tetapi juga sebagai sarana penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Akan tetapi, praktik penulisan ilmiah dalam bahasa Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan, di antaranya keterbatasan kosakata ilmiah, rendahnya keterampilan menulis akademik, dominasi literatur asing, serta lemahnya budaya membaca dan menulis di kalangan akademisi. Artikel ini membahas tantangan-tantangan tersebut sekaligus menawarkan solusi, seperti pengayaan kosakata ilmiah, pelatihan menulis akademik, pemanfaatan teknologi, peningkatan budaya membaca, serta kolaborasi antara penulis dan editor. Dengan langkah-langkah tersebut, bahasa Indonesia diharapkan dapat semakin berperan sebagai bahasa ilmu pengetahuan yang sejajar dengan bahasa internasional.


Kata Kunci: penulisan ilmiah, bahasa Indonesia, akademik, tantangan, solusi

Pendahuluan


Bahasa merupakan instrumen utama dalam penyampaian pengetahuan. Di Indonesia, bahasa Indonesia telah ditetapkan sebagai bahasa nasional dan bahasa resmi negara. Fungsinya tidak hanya terbatas pada komunikasi sehari-hari, tetapi juga sebagai medium pengembangan ilmu pengetahuan. Namun demikian, kenyataannya bahasa Indonesia masih menghadapi hambatan besar ketika digunakan dalam ranah akademik, khususnya dalam penulisan karya ilmiah.


Menulis karya ilmiah bukanlah sekadar menuangkan ide, melainkan juga menyusunnya secara sistematis, logis, dan dapat dipertanggungjawabkan. Tantangan semakin besar ketika bahasa Indonesia digunakan untuk menuliskan konsep-konsep ilmiah yang kompleks, mengingat sebagian besar literatur rujukan utama berbahasa asing. Oleh sebab itu, penelitian ini penting untuk meninjau kembali bagaimana kondisi penulisan ilmiah berbahasa Indonesia, apa saja hambatannya, dan solusi apa yang dapat ditawarkan agar perannya semakin kokoh dalam dunia akademik.

Permasalahan


Beberapa permasalahan utama yang sering muncul dalam penulisan ilmiah dengan bahasa Indonesia dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Keterbatasan kosakata ilmiah – belum semua istilah asing memiliki padanan baku dalam bahasa Indonesia, sehingga menimbulkan ketidakkonsistenan penggunaan istilah.

2. Kurangnya keterampilan menulis akademik – banyak mahasiswa maupun peneliti kesulitan menulis dengan struktur logis dan bahasa formal sesuai kaidah akademik.

3. Minimnya literatur berbahasa Indonesia – sebagian besar sumber ilmiah berkualitas tinggi masih berbahasa Inggris, sehingga karya ilmiah Indonesia sering dianggap kurang representatif.

4. Kesalahan tata bahasa dan ejaan – masih ditemukan penggunaan bahasa sehari-hari dalam karya ilmiah, yang menurunkan kualitas tulisan.

5. Budaya menulis yang lemah – tradisi menulis ilmiah belum terbentuk kuat di kalangan akademisi maupun masyarakat umum.

Pembahasan


1. Keterbatasan Kosakata Ilmiah


Penggunaan istilah asing dalam karya ilmiah sering kali tidak konsisten. Misalnya, istilah validity kadang diterjemahkan sebagai “kesahihan”, kadang tetap ditulis “validitas”. Kondisi ini membuat pembaca bingung dan mengurangi kejelasan akademik. Menurut Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, upaya pembakuan istilah harus terus dilakukan agar bahasa Indonesia mampu menampung perkembangan ilmu pengetahuan.


2. Keterampilan Menulis Akademik yang Rendah


Banyak mahasiswa menganggap menulis ilmiah sebagai beban, bukan keterampilan yang harus dilatih. Hal ini berimplikasi pada kualitas skripsi, tesis, atau disertasi yang cenderung minim dari segi bahasa. Penelitian Suryani (2020) menunjukkan bahwa pelatihan menulis akademik mampu meningkatkan keterampilan menyusun argumen ilmiah secara signifikan.


3. Dominasi Literatur Asing


Kondisi globalisasi menjadikan literatur ilmiah berbahasa Inggris sebagai sumber utama. Akibatnya, penulis Indonesia sering hanya menerjemahkan atau merangkum temuan asing tanpa mengaitkan dengan konteks lokal. Jika tidak diimbangi dengan literatur lokal, hal ini bisa melemahkan posisi bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu.


4. Tata Bahasa dan Ejaan


Kesalahan tata bahasa dan ejaan sering kali dianggap sepele, padahal sangat berpengaruh terhadap kredibilitas tulisan. Karya ilmiah yang menggunakan bahasa tidak baku akan dianggap kurang akademis. Penguasaan Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) dan tata bahasa formal menjadi syarat mutlak.


5. Lemahnya Budaya Menulis


Minat baca di Indonesia masih tergolong rendah (UNESCO, 2016). Kondisi ini berbanding lurus dengan rendahnya budaya menulis, termasuk menulis ilmiah. Padahal, kemampuan menulis tidak dapat lahir secara instan; ia membutuhkan latihan berkelanjutan.

Solusi

1. Pengayaan Kosakata Ilmiah

Lembaga bahasa bersama akademisi perlu memperkaya istilah ilmiah dalam bahasa Indonesia. Serapan asing harus disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia dan disosialisasikan secara luas.

2. Pelatihan Menulis Akademik

Perguruan tinggi wajib memberikan mata kuliah khusus penulisan akademik serta lokakarya rutin. Hal ini akan membentuk kebiasaan berpikir sistematis, kritis, dan runtut.

3. Pemanfaatan Teknologi

Aplikasi seperti Grammarly Bahasa Indonesia, pengecekan EBI, dan perangkat lunak pengelola referensi seperti Mendeley atau Zotero dapat membantu memperbaiki tulisan.

4. Penguatan Budaya Membaca dan Menulis

Membaca karya ilmiah secara rutin akan memperkaya wawasan sekaligus memperbaiki gaya penulisan. Mahasiswa dan dosen perlu dibiasakan menulis secara berkelanjutan, bukan hanya ketika ada tuntutan akademik.

5. Kolaborasi Akademik

Kolaborasi antara penulis, editor, dan reviewer diperlukan untuk menjaga kualitas tulisan. Peer review dapat membantu memperbaiki kelemahan tulisan sebelum dipublikasikan.

Kesimpulan dan Saran


Menulis ilmiah dengan bahasa Indonesia menghadapi berbagai tantangan, mulai dari keterbatasan kosakata ilmiah, rendahnya keterampilan menulis, dominasi literatur asing, hingga lemahnya budaya membaca dan menulis. Namun, dengan pengayaan istilah, pelatihan berkelanjutan, pemanfaatan teknologi, serta penguatan budaya akademik, kualitas penulisan ilmiah dalam bahasa Indonesia dapat ditingkatkan.


Saran:

1. Pemerintah melalui Badan Bahasa harus lebih aktif dalam pembakuan istilah ilmiah.

2. Perguruan tinggi wajib mengintegrasikan pelatihan menulis akademik dalam kurikulum.

3. Penulis dan peneliti perlu membiasakan diri menulis ilmiah dalam bahasa Indonesia untuk memperkaya literatur lokal.

Daftar Pustaka

• Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. (2016). Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

• Suryani, T. (2020). “Pengaruh Pelatihan Menulis Akademik terhadap Keterampilan Mahasiswa.” Jurnal Pendidikan Bahasa, 12(2), 115–127.

• UNESCO. (2016). Reading in the ASEAN Countries: A Report on Literacy and Reading Habits. Paris: UNESCO.

• Modul 1 [Sumber internal yang diwajibkan]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Resmi Negara: Sejarah dan Tantangan

Menulis Ilmiah dengan Bahasa Indonesia — Antara Tantangan dan Solusi